Jakarta (ANTARA News) - Perhiasan batu meteor atau batu satam dari Bangka Belitung mampu menembus pasar beberapa negara di kawasan Asia.
"Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Hongkong dan Jepang, merupakan negara-negara pembeli batu meteor atau billitonite (satam)," kata Firman Zulkarnaen, pengrajin batu Belitung pada Jakarta Fair, berlangsung di arena Pekan Raya Jakarta (PRJ), Minggu.
Mereka tertarik membeli, kata Firman, karena batu meteor ini, selain menjadi perhiasan sangat unik, indah dan memiliki magnet, juga diyakini memberi pengaruh pada aura tubuh sehingga berguna bagi kesehatan.
Keunikan perhiasan batu meteor ini juga membuat produk ini menjadi salah satu yang banyak dibeli pembeli selama 14 kali keikutsertaan pada ajang PRJ, kata Firman.
Billitonite atau batu satam ini, atau juga dikenal dengan `batu hitam`, diyakini merupakan pecahan meteor dari angkasa luar yang jatuh ke bumi.
"Berjuta-juta tahun lalu, sebuah meteor diperkirakan meledak di angkasa karena terjadi pergesekan dengan udara, bagian yang pecah tersebut jatuh bagaikan hujan partikel berkilap-kilap kemudian membeku bagaikan batu kaca," kata Firman.
Dari penelitian, kata Firman, pecahan meteor tersebut menyebar ke-13 negara, dan di Indonesia ada di Bangka Belitung.
Warna hitam batu meteor ini, kata Firman berasal dari percampuran dengan zat asam karbon dan mangaan. Sedangkan ukiran indah pada batu itu, terjadi karena proses alami gesekan arus air bawah tanah pada lapisan di kedalaman lebih dari 50 meter.
Batu tersebut kemudian dibentuk menjadi berbagai jenis perhiasan, ada yang berbentuk meja, anting-anting, cincin, tasbih, tongkat komando polisi/tentara dan lainnya.
"Saat ini perhiasan batu satam merupakan cinderamata khas pulau Belitung," kata Firman.
Harga perhiasan batu satam ini, mulai dari harga termurah Rp200 ribu hingga jutaan rupiah.(*)